Menyusuri Pulomas, Tempat Petilasan Ratu Laut Utara
SUARA PANTURA- Selama ini, kita hanya mendengar cerita
legenda dari Nyi Roro Kidul yang dikenal sebagai Ratu Laut Selatan, tetapi
ternyata di sepanjang pantura pun ada legenda Ratu Laut Lor (Utara). Cerita
tentang Ratu Laut Utara pun berbeda-beda antarsatu daerah dengan daerah lain di
sepanjang pantura.
Indramayu yang memiliki garis pantai yang panjang, ada
cerita menarik tentang keberadaan Ratu Laut Utara, tepatnya di daerah Pulomas
Desa Cantigi Kulon Kecamatan Cantigi Kabupaten Indramayu.
Di tempat ini ada sebuah petilasan yang dipercaya masyarakat
sekitar adalah persemayaman Ratu Laut Utara. Untuk mencapai tempat ini,
pengunjung dari arah Jakarta sebelum jembatan Pasar Bangkir menuju jalan ke
Arah Rambatan.
Selama ini kita hanya mendengar cerita legenda dari Nyi Roro
Kidul yang dikenal sebagai Ratu Laut Selatan, tetapi ternyata di sepanjang
pantura pun ada legenda Ratu Laut Lor (Utara). Cerita tentang Ratu Laut Utara
pun berbeda-beda antar satu daerah dengan daerah lain di sepanjang pantura.
Indramayu yang memiliki garis pantai yang panjang, ada
cerita menarik tentang keberadaan Ratu Laut Utara tepatnya di daerah Pulomas
Desa Cantigi Kulon Kecamatan Cantigi Kabupaten Indramayu. Di tempat ini ada
sebuah petilasan yang dipercaya masyarakat sekitar adalah persemayaman Ratu
Laut Utara.
Untuk mencapai tempat ini, pengunjung dari arah Jakarta
sebelum jembatan Pasar Bangkir menuju jalan ke Arah Rambatan yang melingkari di
bawah jembatan terus menuju Cantigi kemudian belok kanan nanti ada warung agak
besar tinggal belok ke kanan masuk ke arah tambak nanti ada tulisan Petilasan
Pulomas dan sudah terlihat rumah kecil tempat tersebut.
Cerita tentang keberadaan tempat ini pun berbeda-beda, kami
mengutip salah satu cerita dari sang juru kunci saat ini yakni Pak Durga.
Diceritakan pada zaman dulu kala ada seorang raja Jipang yang memiliki anak
bernama Darinih, dia adalah seorang waria karena memiliki sifat seperti
laki-laki dan juga perempuan.
Sang anak raja tersebut mengalami sakit yang sudah lama
tetapi tidak sembuh-sembuh. Sudah berobat ke berbagai tempat tetap saja tidak
sembuh-sembuh. Hingga akhirnya dia membuat sayembara barang siapa yang bisa
mengobati anaknya kalau pemuda akan dijodohkan dengan anaknya, kalau sudah
dewasa akan dijadikan bapaknya, kalau perempuan muda akan dijadikan saudaranya,
kalau perempuan tua akan dijadikan ibunya.
Tapi setelah mengucap kata-kata tersebut dihadapan anak dan
prajuritnya tiba-tiba ada suara tanpa rupa yang berkata bahwa yang akan
menyembuhkan penyakit anaknya adalah seseorang yang berasal dari tanah Jawa.
Ternyata yang bisa menyembuhkan putri raja tersebut adalah
Pangeran Cakrabuana. Awalnya Cakrabuana akan pergi ke Tanah Suci Mekah, tetapi
adiknya Kian Santang ingin ikut serta dengan kakaknya. Pangeran Cakrabuana
hanya mengambil pelepah kelapa untuk dijadikan kendaraan untuk pergi ke tanah
suci karena kesaktiannya.
Sampai disana setelah menunaikan ibadah, ternyata adiknya
Kian Santang kepincut dengan wanita dari tanah suci anaknya Syekh Mudakim. Kian
Santang tinggal di tanah suci sementara kakaknya Pangeran Cakrabuana kembali ke
tanah Jawa.
Di tengah perjalanan menuju ke tanah Jawa, pelepah kelapa
yang digunakannya terhempas angin dan ombak besar hingga sampai di pesisir
kerajaan Jipang. Tiba-tiba keanehan terjadi anak Raja Jipang yang sakit lama
tersebut tiba-tiba sembuh.
Pulomas
Darinih segera menemui ayahnya dan mengatakan kabar gembira
tersebut. Sang Raja lalu memerintahkan prajuritnya untuk mencari orang Jawa
yang ada di tanah Jipang. Setelah dicari-cari akhirnya ketemu juga bahwa orang
Jawa tersebut adalah Pangeran Cakrabuana. Akhirnya pangeran Cakrabuana yang
baru menyisir pantai daerah tersebut dipanggil Raja ke Istana.
Dia menjelaskan bahwa dirinya pernah berkata bahwa
barangsiapa yang bisa menyembuhkan anaknya kalau pemuda akan dijodohkan dengan
anaknya, kalau sudah dewasa akan dijadikan bapaknya, kalau perempuan muda akan
dijadikan saudaranya, kalau perempuan tua akan dijadikan ibunya.
Pangeran Cakrabuana akhirnya mengiyakan bahwa Nyi Darinih
diangkat menjadi anaknya. Tetapi Nyi Darinih berganti nama menjadi Nyi Panon
Sari. Dia memohon izin kepada ayahnya ingin turut serta ke tanah Jawa. Ayahnya
sudah mengingatkan bahwa tanah Jawa masih belum seperti di negerinya yang sudah
ramai, di tanah Jawa masih hutan dan sepi. Tetapi karena tekadnya sudah bulat
dia akhirnya ikut dengan Pangeran Cakrabuana.
Sebelum berangkat ke tanah Jawa, Raja Jipang memberikan
berbagai bekal untuk anaknya. Sang Raja dibuat kaget ketika Pangeran Cakrabuana
akan kembali ke tanah Jawa hanya menggunakan pelepah kelapa saja.
Setelah sampai di tanah Jawa, Panon Sari tinggal dengan ayah
angkatnya Pangeran Cakrabuana. Setelah sekian lama, lagi-lagi dia terkena
penyakit gatal-gatal di sekujur tubuh. Panon Sari kemudian mengeluh kepada ayah
angkatnya bahwa penyakitnya tidak sembuh-sembuh.
Cakrabuana menyarankan Panon Sari untuk melakukan bertapa
mengambang di air. Panon Sari bingung bagaimana caranya bertapa mengambang di
air, akhirnya dibuatkan sampan kecil seperti lesung. Cakrabuana menyiapkan 7
bekal untuk anak angkatnya bertapa mengambang di air tersebut yakni sampan
sendiri, payung, gambang, kayu dengan ujung seperti ketepel, jangkar tambang
emas, bokor dan bambu.
Saat sedang bertapa di sampan dia hanya mengikuti arah
angin, angin ke barat sampan ke barat, angin ke timur ikut ke timur. Panon Sari
melihat seperti laut semakin dangkal kemudian dia mengambil bambu untuk
menjajal kedalamannya tetapi ternyata masih dalam. Besok suatu hari daerah ini
diberi nama Tanah Timbul.
Kemudian dia melanjutkan tapanya lagi, tiba-tiba sampannya
semakin ke darat dan membuang jangkarnya kembali sambil menabuh gambang. Dia
menghentikan permainan musik gambangnya karena waktu shalat telah tiba.
Dia pun mengambil bokor untuk berwudhu, tetapi saat
mengambil air ada udang yang terbawa ke dalam bokor. Ternyata udang tersebut
bisa berbicara, dia berkata “Duh Gusti saya sedang enak-enaknya menikmati
alunan musik tiba-tiba terhenti dan saya masuk ke dalam bokor”. Panon Sari
mohon maaf kepada udang dan untuk mengenangnya suatu hari nama daerah tersebut
diberi nama “Kalen Urang”.
Setelah itu dia pun melakukan shalat di atas sampan. Hari
berikutnya sampannya terbawa ke angin hingga mendekati daratan kemudian dia
menabuh gambang tetapi saat enak-enaknya menabuh gambang alat untuk menabuhnya
jatuh ke laut. Lalu dia pun berucap bahwa suatu saat nanti disini akan jadi
kebuyut (tempat petilasan) “Buyut Ronggeng”. Tidak heran bagi penyanyi, dalang
atau musisi yang ingin terkenal biasanya mereka mengunjungi tempat ini.
Panon Sari orangnya senang sekali dengan menyanyi, saat
sedang menyanyi waktu shalat telah tiba. Kemudian dia pun mengambil bokor
kembali untuk mengambil air wudhu, tetapi tiba-tiba bokornya mengenai kepala
buaya putih.
Buaya putih ternyata bisa berbicara dan berkata “saya
sendang enak-enaknya mendengarkan lagu dari puteri tiba-tiba terhenti dan
sesuatu mengenai kepala saya”. Lalu Puteri Panon Sari meminta maaf kembali
kemudian berucap suatu saat nanti daerah ini akan diberinama “Kalen Kombaya”.
Saat sedang mengarungi sampan kembali tiba-tiba angin dan
ombak besar menerpa sampannya Panon Sari. Lalu dia melemparkan jangkarnya
tetapi karena kuatnya gelombang dan angin jangkar tersebut putus. Maka dia pun
berujar suatu saat daerah ini disebut dengan “Jangkar Tambang Mas”.
Saat sedang masuk waktu shalat lalu dia pun segera mengambil
bokor untuk mengambil air wudhu. Saat membasuh telinga tiba-tiba antingnya
jatuh ke laut. Karena tidak etis menggunakan anting sebelah akhirnya dia
membuang anting yang sebelahnya lagi, kemudian dia berucap bahwa suatu saat
nanti tempat ini dinamakan Pulomas.
Saat itu air laut sedang surut sehingga kelihatan dasarnya.
Karena jangkarnya sudah tidak ada, sebagai pengganti jangkar kemudian dia
menggunakan payung pemberian Pangeran Cakrabuana ayah angkatnya untuk menjajaki
ke dalaman dasar laut tersebut. Karena tempat tersebut memang dangkal maka dia
pun berucap suatu saat diberi nama Buyut Panenggeran.
Lalu Panon Sari turun ke pantai sambil jongkok atau bahasa
Jawanya Jentul sendirian. Sambil menikmati keindahan alam ciptaan Yang Maha
Kuasa dan merenungi nasib dirinya yang belum sembuh dari penyakit
gatal-gatalnya. Maka dia pun berucap suatu saat nanti jika daerah ini ada maka
diberi nama “Buyut Kuntul”.
Barang yang tersisa pemberian dari Cakrabuana hanya tinggal
bokor. Kemudian bokor tersebut dipendam di dalam tanah berpasir. Maka dia pun
berucap suatu hari nanti tempat ini akan diberi nama Buyut Bokor Kencana.
Setelah mengubur bokor tiba-tiba penyakit yang di derita
selama bertahun-tahun tersebut akhirnya sembuh total. Sang Puteri pun berucap
suatu hari nanti tempat ini akan diberi nama “Buyut Karas” maka tidak heran
tempat ini sering dikunjungi oleh pengunjung yang memiliki penyakit tidak
sembuh-sembuh dengan izin Allah akan sembuh.
Selepas sembuh dari penyakitnya dia kemudian dia
menyeberangi rawa, tetapi tiba-tiba kakinya merasa gatal-gatal. Sang Puteri pun
beucap suatu saat daerah ini diberi nama Rawa Gatel. Tapi perlu diingat bahwa
Rawa Gatel ada juga di Cirebon tetapi tentunya ceritanya berbeda dengan Rawa
Gatel yang ada di Cantigi Indramayu.
Setelah sembuh total dia kembali ke Cirebon menemui ayah
angkatnya Pangeran Cakrabuana. Dia kaget karena melihat ada seorang wanita yang
cantik jelita menemuinya. Panon Wati langsung berkata “Bapak ini saya Panon
Sari, anak angkat bapak”. Pangeran Cakrabuana kemudian berucap “Oh ini Panon
Wati, kamu sekarang cantik jelita”.
Karena kamu sudah sehat can cantik kembali maka ayah memberi
nama Nyi Mas Gandasari. Ada banyak nama lain dari Panon Sari yakni Nyi Mas
Ronggeng, Nyi Mas Ketuk, Nyi Mas Kencana dan lain-lain.
Cerita mengenai Pulomas memang banyak versinya. Tetapi
masyarakat sekitar menanggap bahwa Ratu Panon Sari merupakan Ratu Laut Utara
yang bersemayam di tempat tersebut. Tempat ini sering dikunjungi oleh
pengunjung tidak hanya dari daerah Indramayu tetapi juga dari daerah lain.
Pulomas banyak yang beranggapan bahwa tempat ini sebagai tempat pesugihan.
Tetapi Pak Durga sebagai juru kunci Pulomas menyanggah hal
itu. Dirinya sebagai orang yang sering mendengarkan berbagai keinginan dan
harapan pengunjung ke tempat itu sudah mengingatkan jika ada pengunjung yang
berniat melakukan pesugihan. Semua tergantung kepada niat pribadi
masing-masing. Jika dirinya percaya akan hal itu maka biasanya terwujud tetapi
yang tidak percaya maka tidak akan terwujud.
Pak Durga berpesan bahwa zat yang mengabulkan semua
keinginan manusia adalah Allah SWT, manusia tidak bisa berbuat apa-apa hanya
sebagai perantara. Dia mengibaratkan bahwa dimana pun manusia hidup biasanya
ada dua sisi baik dan buruk, begitu juga saat mengunjungi tempat-tempat seperti
ini. Ada orang yang ingin mendapatkan kekayaan, pangkat, keturunan, dan lain sebagainya
dengan cara yang lurus ada juga dengan cara yang bengkok tergantung
individunya. VIVA.co.id
loading...
Post a Comment