Peta Dukungan Pilkada DKI Jakarta Mulai Berubah, Agus merapat ke Anis
Jakarta - Mulai terjadi perubahan peta
dukungan pasca-hasil hitung cepat atau quick count Pilkada DKI Jakarta 2017
dirilis sejumlah lembaga pada Rabu (15/2/2017) lalu.
Perubahan peta dukungan itu setelah melihat suara pasangan
calon (paslon) gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta nomor pemilihan satu,
Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni, berada di posisi terakhir dibanding
dua paslon lain, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok-Djarot Saiful Hidayat dan
Anies Baswedan-Sandiaga Uno.
Hasil hitung cepat Litbang Kompas misalnya menyebutkan,
suara Ahok-Djarot di posisi pertama dengan perolehan 42,87 persen. Di posisi
kedua Anies-Sandiaga dengan 39,76 persen. Sementara Agus-Sylviana hanya 17,37
persen.
Dengan hasil seperti itu, pasangan Agus-Sylvi tidak mungkin
bisa maju ke putaran kedua Pilkada DKI.
Hasil resmi memang masih menunggu penghitungan suara yang
kini sedang dilakukan Komisi Pemilihan Umum (KPU) DKI. Namun Agus-Sylvi telah
mengakui kekalahannya mereka setelah melihat hasil hitung cepat itu.
Perubahan peta dukungan dimulai dari pengalihan dukungan
sejumlah eks relawan Agus-Sylvi ke Anies-Sandiaga. Peralihan dukungan
diinisiasi oleh Ketua Komite Masyarakat Nasional Indonesia (KMNI), Alex Asmasoebrata
di Jalan Cikajang, Jakarta Selatan, Kamis (16/2/2017).
Dalam deklarasi dukungan yang dihadiri Anies itu, Alex
mengatakan pengalihan dukungan agar Jakarta lebih baik dan dipimpin pemimpin
baru. Alex juga sudah lama mengenal Anies-Sandiaga.
"Nomor satu (Agus-Sylvi) itu wajib hukumnya, tapi
setelah tidak ada (lolos putaran kedua) kan kami harus ada cadangan. Nah,
cadangan inilah yang kita sudah timbang jauh-jauh hari," kata Alex di
Jakarta Selatan, Kamis.
Alex tak menampik bahwa belum ada sikap resmi dari Tim
Pemenangan Agus-Sylvi. Namun, menurut dia, relawan berhak dan tak bisa dilarang
menentukan pilihan.
Alex mengaku sudah berbicara dengan Sekretaris Jenderal DPP
Partai Demokrat Hinca Panjaitan terkait pengalihan dukungan ke Anies-Sandi. Dia
meminta kepada Hinca agar Agus-Sylvi segera mendeklarasikan dukungan ke
Anies-Sandi.
"Tentunya dalam waktu singkat ini Insya Allah akan
sama-sama mendukung Anies-Sandi," ujar Alex.
Sementara itu, Anies mengatakan kedatangan dia ke acara
deklarasi atas undangan dari Alex. Kedatangan dia dianggap seperti deklarasi
dukungan dari relawan-relawan lain.
"Tapi saya sampaikan terus bahwa antar-partai politik
itu bukan di kami. Antar-partai politik itu yang berkomunikasi adalah pimpinan
partai politik," kata Anies.
Soal resiko dinilai tidak etis karena menghadiri deklarasi
eks relawan lawan, Anies mengatakan bahwa dukungan itu atas keputusan relawan,
bukan struktur partai secara resmi.
"Kalau ini kan mereka warga negara yang sebenarnya
mereka bisa mendukung siapa saja," ujar Anies.
Belum bersikap
Rico Rustombi, juru bicara tim pemenangan Agus-Sylvi,
mengatakan, pihaknya belum menentukan dukungan kepada pasangan calon lain pada
putaran kedua Pilkada DKI. Rico membantah bila ada pihak yang mengatasnamakan
tim pemenangan Agus-Sylvi memberikan dukungan untuk pasangan lain.
Rico mengatakan, tim pemanangan Agus-Sylvi tidak bertanggungjawab
atas adanya pihak yang memberikan dukungan pada pasangan calon tertentu sebelum
ada keputusan resmi. Dia mengimbau agar semua pihak menahan diri terkait arah
dukungan pada putaran kedua Pilkada DKI agar tak menimbulkan kegaduhan yang
dapat merugikan Agus-Sylvi.
Prediksi
Direktur Eksekutif Charta Politika, Yunarto Wijaya, menilai
PKB dan PPP, partai pendukung Agus-Sylvi, berpotensi mengalihkan dukungan ke
Ahok-Djarot.
"Saya tak bisa bayangkan mereka (PPP dan PKB) mendukung
Prabowo (Ketua Umum Partai Gerindra) dalam konteks ini," kata Yunarto
Wijaya di Jakarta, Kamis.
Menurut Yunarto, posisi PPP dan PKB sebagai pendukung
pemerintah merupakan posisi yang membuat kedua partai itu dinilai kecil
bergabung dengan Anies Baswedan-Sandiaga Uno, paslon yang diusung Prabowo.
Sementara itu, untuk posisi PAN masih bisa terbuka bergabung
dengan Ahok-Djarot meskipun kecil. Sebab, meskipun PAN partai pendukung
pemerintah, namun dinilai akan terganjal dengan Amien Rais.
Kendati demikian, Yunarto menilai meskipun dua partai itu
bergabung dengan Ahok-Djarot, elektabilitas petahana tak akan naik drastis.
Sebab dia menilai pemilih di Jakarta tidak dimobilisasi partai.
Sementara untuk Partai Demokrat, Yunarto menilai akan memilih
tidak berpihak ke dua paslon lain. Sikap ini seperti pada Pilpres 2014. TRIBUNNEWS.COM
loading...
Post a Comment