Guru Waswas, Kenapa Sampai SDN Walahar Butuh Jembatan Penyeberangan
GANTAR – Setiap
berangkat sekolah, keselamatan anak-anak di SDN Walahar, Kecamatan Gantar
terancam. Untuk sepipis di toilet saja, bocah-bocah SD ini saban harinya mesti
bertaruh nyawa. Mengingat dua bangunan sekolah tempat mereka menuntut ilmu,
terbelah jalan raya. Mereka bisa saja celaka tertabrak kendaraan yang melintas
kencang ketika menyeberang dari satu bangunan ke bangunan yang lain. Pantauan
Radar, ancaman keselamatan yang bakal menimpa ratusan pelajar serta guru-guru
di SDN Walahar cukup beralasan. Pasalnya, dua gedung sekolah yang terletak di
Desa Bantarwaru tepatnya sekitar 100 meter dari gapura perbatasan Kabupaten
Indramayu-Subang itu terbelah jalan raya dengan lalu lintas kencaraan cukup
ramai.
Bangunan pertama yang terdiri dari lima kelas berada
disebelah utara jalan raya Gantar-Subang. Sedangkan ruang kelas 6, kantor,
perpustakaan, WC, lapangan upacara dan olahraga berlokasi di sebelah selatan
jalan raya selebar sekitar 10 meter.
“Jadi kalau ada anak kelas 1, 2 sampai kelas 5 mendadak mau
ke toilet, upacara, olahraga, mereka harus nyeberang dulu. Terus balik nyeberang
jalan lagi. Hampir setiap hari begitu,” ucap Kepala SDN Walahar, Edi Effendi
SPdSD kepada Radar, Kamis (24/11).
Menurut dia, ancaman terjadi karena lalu lintas kendaraan
dikawasan itu kian padat. Rata-rata kendaraan motor maupun mobil yang melintas
jalan provinsi didepan sekolah melaju dengan kecepatan cukup tinggi. Sementara
di sisi lain, rambu-rambu keselamatan hampir tidak ada.
Belakangan diketahui, beberapa tahun sebelumnya sering ada
kejadian anak sekolah mengalami kecelakaan lalu lintas hingga terpaksa
dilarikan ke RS yang ada di wilayah Subang. Karenanya, Edi yang belum genap
sebulan bertugas di SDN Walahar mengaku cemas setiap hari. “Gimana kita gak
khawatir, iya kalau nyeberang jalannya sama guru. Ini kadang anak-anak suka
nyelonong sendiri. Bagi mereka mungkin terbiasa, saya nya yang waswas terus,”
ujar dia.
Sejatinya, pihak sekolah serta orang tua murid sudah
berupaya mengatasi persoalan itu. Yaitu dengan menambah tugas bagi para guru
menyeberangkan para murid. Tapi hal itu masih belum menjamin keselamatan 257
siwa SDN Walahar.
Melihat kondisi lingkungan yang barunya itu, diapun
berencana untuk mengajukan pembuatan Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) serta
Zona Selamat Sekolah yang dilengkapi dengan zebra cross, lampu trotoar sampai
rambu-rambu keselamatan seperti yang berada di jalur pantura.
“Masalahnya inikan jalan provinsi, jadi mintanya harus ke
Gubernur. Mudah-mudahan lewat media, dambaan kami memiliki JPO dan Zona Selamat
Sekolah dapat terealisasi,” harap Edi.
Salah seorang guru SDN Walahar, Dalimin setiap hari selalu
menyempatkan diri menyeberangkan anak didiknya. Baik saat masuk, pulang maupun
hendak buang air kecil. Aktivitas seperti itu sudah dilakukan selama belasan
tahun. “Sehari minimal lima kali bolak-balik nyeberang jalan raya. Saya lakukan
itu demi keselamatan anak-anak,” tuturnya.
Dia juga merasa khawatir jika anak didiknya menyeberang
sendiri di tengah padatnya kendaraan di jalur cepat. “Harapan kami sama, supaya
ada jembatan penyebarangan agar lebih nyaman lagi anak menyeberang. Tidak
khawatir akan ketabrak kendaraan,” tandas dia. (Radar Cirebon)
loading...
Post a Comment